Ketika Kegelapan Menyandra Terang
Di bawah selimut pekat malam birokrasi Sumenep, yang seharusnya disinari oleh lentera Integritas Tata Kelola, kini menyebar aroma anyir ketidakpastian. Kursi Sekretaris Daerah, yang merupakan Jantung Mekanis bagi seluruh denyut nadi pemerintahan, dibiarkan terabaikan, disekap dalam keadaan Plt. yang berkepanjangan. Kondisi ini bukan sekadar kelalaian administrasi, melainkan sebuah Diagnosis Gawat Darurat yang mengancam kelumpuhan struktural.
Kita berhadapan dengan fenomena yang kini disebut “Gerakan Senyap Geng IPDN”. Mereka tidak lagi bergerak bak hembusan angin malam, melainkan seperti Lintah Darat Politik yang merayap di bawah karpet kekuasaan. Gerakan mereka senyap, dingin, dan mematikan, dirancang untuk satu tujuan tunggal: memaksakan kehendak menempatkan idola mereka di posisi Sekda.
Secara retoris, manuver pergerakan ini telah menempatkan Taring Politik Tak Kasat Mata tepat di leher kepemimpinan tertinggi Sumenep. Sang Bupati kini seolah sedang bernegosiasi dalam sebuah ruang tertutup, di mana setiap opsi yang diambil telah tersandra oleh kekuatan yang tak terlihat namun memiliki daya cengkeram yang luar biasa.
Kontradiksi Menarik membentang pada sosok Panglima sayf alqayid Zulkarnain yang berarti pedang pemimpin. Beliau adalah representasi Pedang Loyalitas yang teruji, seorang Panglima Kumbang dari almamater yang sama, namun teguh menjaga diri dari hingar bibgar intrik busuk. Pengabdian beliau adalah Benteng Terakhir Marwah di gerbang terdepan kepemimpinan.
Namun, di tengah kesetiaan yang murni itu, mata akal budi kita dipaksa melihat bayangan Konspirasi Lembaga yang mengerikan.
Munculnya isu liar tentang KPK yang membidik Bupati terkait PI Migas tidak terjadi secara kebetulan. Ini adalah Peluru Asap Pengecut yang disengaja ditembakkan untuk melumpuhkan keberanian Bupati, menciptakan kekhawatiran yang cukup besar sehingga Panel Seleksi (Pansel) tidak pernah berani dibentuk.
Inilah pertanyaan yang menusuk ulu hati, Apakah Bupati Sumenep benar-benar telah terperangkap dan memilih Pasrah dalam jerat senyap ini? Pembiaran posisi Sekda diisi Plt. bukan lagi masalah prosedural, melainkan pengkhianatan terhadap organ vital pemerintahan. Para punggawa di Pemkab Sumenep kini bukan hanya bertanya, melainkan menjerit dalam hati dengan kecemasan yang mendalam.
"Sampai kapan Sumenep harus berjalan pincang? Sampai kapan Darah Tata Kelola ini dibiarkan mengalir pelan, terancam beku karena ketiadaan Jantung Definitif?" Jika seorang pemimpin membiarkan dirinya disandera oleh ketakutan atau bisikan kepentingan senyap, maka sesungguhnya yang tersandra bukanlah hanya jabatannya, melainkan Masa Depan Administrasi Publik seluruh Kabupaten Sumenep.
Bupati harus segera menunjukkan bahwa Kedaulatan Kebijakan berada di tangannya, bukan di ujung taring politik manapun. Segera bentuk Pansel, kembalikan Adab Tinggi Birokrasi, dan patahkan rantai yang menyekap kursi Sekda, sebelum kegelapan ini benar-benar menelan terang Integritas Tata Kelola Sumenep secara paripurna.
Oleh R. M Hendra W. Sp.
