Sumenep, Kompasone.com - Di balik kebijakan alokasi 20% Dana Desa untuk ketahanan pangan, tersembunyi keraguan yang menggelayuti benak sebagian kepala desa di Sumenep. Kondisi geografis yang unik, dengan dominasi lahan garam dan keterbatasan lahan pertanian produktif, menimbulkan pertanyaan mendasar tentang efektivitas program ini. Ketidakstabilan harga garam, sebagai komoditas utama, menambah lapisan ketidakpastian.
Selain itu, model bisnis Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang akan menjadi motor penggerak program ini masih memerlukan kejelasan dan kepastian. Keraguan ini bukanlah bentuk penolakan, melainkan refleksi dari kehati-hatian dan keinginan untuk memastikan bahwa setiap rupiah Dana Desa memberikan dampak maksimal bagi kesejahteraan masyarakat.
Menyadari keraguan yang muncul, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Sumenep mengambil langkah proaktif. Melalui serangkaian sosialisasi dan dialog, Kepala Dinas PMD, Anwar Syahroni Yusuf, memberikan penjelasan mendalam tentang mekanisme dan tujuan program ketahanan pangan ini. Ia menekankan bahwa program ini bukan sekadar kewajiban, melainkan peluang untuk mengembangkan potensi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan pengelolaan yang tepat oleh BUMDes, sektor pertanian, peternakan, dan perikanan dapat dioptimalkan, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Anwar Syahroni Yusuf juga menegaskan komitmen Dinas PMD untuk memberikan pendampingan dan dukungan kepada BUMDes agar program ini berjalan sukses.
Di balik tantangan yang ada, terbentang peluang besar untuk mewujudkan Sumenep mandiri pangan. Kebijakan ini membuka ruang bagi inovasi dan kreativitas dalam mengelola sumber daya lokal. Dengan memanfaatkan potensi lahan garam, misalnya, desa-desa dapat mengembangkan budidaya ikan atau udang yang toleran terhadap salinitas tinggi.
Selain itu, pengembangan produk olahan garam bernilai tambah juga dapat menjadi alternatif yang menjanjikan. Keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi dan sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pihak terkait lainnya. Dengan semangat gotong royong dan komitmen yang kuat, Sumenep dapat mengatasi tantangan dan meraih impian untuk menjadi daerah yang mandiri dan berdaulat dalam bidang pangan.
(R. M Hendra)