Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Mama Mengungsi, Anak Berfoya-Foya

Minggu, Juli 13, 2025, 15:09 WIB Last Updated 2025-07-13T08:09:32Z

Puncak-Papua, kompasone.com - (Opini)

Mama Tabunigwe telah mengungsi dari rumahnya selama beberapa bulan karena konflik bersenjata antara TPNPB dan TNI-Polri di daerahnya. Ia harus meninggalkan rumah serta segala isinya dan kenangan indah yang telah ia bangun bersama anaknya, Delince Murib. Setiap sore hari, Ia naik ke sebuah bukit di samping tenda penampungan pengungsi Gome untuk mengamati fenomena alam dan merenungkan keresahan sosial atas sikap represifitas TNI. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencucurkan air mata.


Di tempat pengungsian, Mama Tabunigwe berjuang keras untuk bertahan hidup. Ia membersihkan halaman rumah pejabat untuk mendapatkan bayaran, mengumpulkan besi tua dan kaleng-kaleng untuk dijual, serta membersihkan lahan kebun milik orang lain. Jika pekerjaan ringan tidak memungkinkan, ia meminta izin di Pos Militer untuk pergi ke kebun, meskipun harus menghadapi tekanan dan intimidasi. Waktu yang diberikan sangat singkat, dan jika terlambat, ia akan mendapat intimidasi dan teror.


Mama Tabunigwe menjual sayuran di pasar Kagago dengan harga terjangkau. Ia berteriak keras, "Sayur kopingga sepuluh ribu! Ada yang dua puluh ribu!" Namun, para pejabat yang berlalu-lalang tidak memperdulikannya. Ia tersenyum dan berdoa dalam hati, tetapi air mata tetap mengalir di pipinya.


Anaknya, Delince Murib, yang sedang bersekolah di Jawa, sering menelepon meminta uang. Delince tidak peduli dengan kondisi ibunya dan hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Ia menghabiskan uang yang dikirim ibunya untuk membeli barang-barang mewah dan bersenang-senang dengan pacarnya.


Delince tidak kuliah dan tidak belajar serius. Ia lebih suka membuat konten kontroversial di media sosial untuk menarik perhatian. Ia tidak peduli dengan hujatan kebencian dan kritik atas kontennya, karena yang penting baginya adalah menjadi viral.


Akhirnya, Delince meninggal akibat gaya hidup yang tidak terkontrol, termasuk seks bebas dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Mama Tabunigwe tidak dapat mencapai kebahagiaan yang diharapkan, yaitu melihat anaknya lulus kuliah dan meraih kesuksesan.


Cerita ini merupakan refleksi bagi anak-anak muda untuk mengontrol kehidupan mereka sendiri, belajar serius, dan peduli dengan perasaan orang tua.


Mis Murib adalah Penulis Cerita ini, aktivis HAM dan pengiat literasi Papua. Ia Gigih menyuarakan kondisi Ham Kabupaten puncak Papua pada Umumnya s00ejak tahun 2022.

Iklan

iklan