Sanggau, Kompasone.com – Di tengah teriknya siang, suara raungan mesin dompeng memecah ketenangan aliran Sungai Kapuas. Deretan rakit tambang emas tanpa izin (PETI) tampak beroperasi bebas di kawasan Semerangkai, Kabupaten Sanggau. Tak ada kesan sembunyi, semua dilakukan terang-terangan, seolah hukum hanya sekadar tulisan di atas kertas.
Padahal, Sungai Kapuas bukan sekadar bentang air biasa. Ia adalah nadi kehidupan jutaan warga Kalimantan Barat, sumber air bersih PDAM, dan tumpuan ekonomi nelayan tradisional. Kini, nadi itu perlahan tersumbat oleh kerak rakus tambang ilegal yang mengobok-obok dasar sungai tanpa ampun.
Tim investigasi awak media menemukan fakta mencengangkan: air sungai yang dulunya jernih kini berubah keruh kecokelatan, menandakan tingkat pencemaran yang tinggi. Ironisnya, masyarakat tetap membayar tagihan air bersih setiap bulan, meski air yang mengalir ke rumah mereka diambil dari sumber yang kini tercemar berat.
“Airnya sekarang berbau logam, kadang warnanya agak cokelat. Kami tetap bayar, tapi jelas kualitasnya menurun,” ujar seorang warga Sanggau yang enggan disebutkan namanya, Jumat (17/10/2025).
Aktivitas tambang ilegal ini sempat menghilang beberapa waktu lalu setelah operasi aparat kepolisian. Namun kini, rakit-rakit tambang kembali muncul bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Pemandangan ini menimbulkan pertanyaan besar: di mana penegakan hukum yang dijanjikan?
Kapolda Kalbar Irjen Pol Pipit Rismanto sebelumnya menegaskan akan menindak tegas seluruh pelaku PETI. Namun kenyataan di lapangan berkata lain — suara mesin tambang masih meraung, air sungai tetap keruh, dan aparat seakan menutup mata.
Kerusakan yang ditimbulkan bukan perkara kecil. Ekosistem sungai hancur, ikan menghilang, dan tanah di tepi sungai terkikis. Warga yang menggantungkan hidup pada sungai kini menjerit. Mereka tak hanya kehilangan penghasilan, tetapi juga kehilangan hak atas air bersih dan lingkungan yang layak.
“Kalau siang hari bisa beroperasi bebas seperti ini, berarti jelas ada yang tutup mata. Jangan tunggu Kapuas berubah jadi parit baru bertindak,” sindir salah satu aktivis lingkungan di Sanggau.
Kini, masyarakat menanti tindakan nyata. Sungai Kapuas bukan milik para penambang liar — ia milik rakyat. Jika pembiaran terus berlangsung, maka bukan hanya sungai yang akan punah, tapi juga masa depan Kalimantan Barat yang ikut terkubur di bawah lumpur tambang ilegal.
Reporter: Johandi
