Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

24 Pengurus GPN Dikukuhkan, Begini Pesan Kepala Dinas Pertanian Gunungkidul

Rabu, Juni 04, 2025, 19:50 WIB Last Updated 2025-06-04T12:50:24Z


Gunungkidul DIY, Kompasone.com — Dua puluh empat pengurus Gerakan Petani Nusantara (GPN) Kabupaten Gunungkidul di Kukuhkan pada Rabu (4/6/2025), bertempat di aula Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul. Hadir dalam acara pengukuhan tersebut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Rismiyadi, SP., M.Si. dari Kesbangpol Gunungkidul Handoko, S.sos., M.Si., akademisi dari IPB, koordinator BPP se-Gunungkidul, praktisi Pertanian dan pegiat Pertanian. 


Dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Pertanian Gunungkidul Rismiyadi berpesan agar acara pengukuhan bukan hanya sekedar seremoni saja, 


"Ditengah keterbatasan kita ternyata Kabupaten Gunungkidul menjadi penyokong sumber pangan di DIY, maka perlu adanya penguatan di sektor pertanian agar petani bagus, hasil bagus petani sejahtera," harap Rismiyadi. 


24 pengurus Gerakan Petani Nusantara Kabupaten Gunungkidul selanjutnya di kukuhkan oleh pengurus GPN DIY, nampak nama-nama mantan penyuluh pertanian yang purna tugas tergabung dalam susunan pengurus GPN Gunungkidul, seperti Supardi, SP, Sardi, SP keduanya menduduki posisi dewan pakar di GPN, Solikatun Aslamiyah, SE. sebagai bendahara, Widodo sebagai Sekertaris GPN sementara Suparjiyem sebagai nahkoda GPN Gunungkidul masa bakti 2025-2029.


Setelah acara pengukuhan 24 pengurus GPN selanjutnya dilanjutkan dengan dialog yang di pandu oleh Sutejo, sementara sebagai nara sumber akademisi dari IPB diantaranya Dr. Drs. Bambang Dwi Dasanto, M.Si., Dr. Idung Risdiyanto. 


Dr. Drs. Bambang Dwi Dasanto menyampaikan terkait perubahan iklim yang terjadi pada saat ini dimana yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau namun masih terjadi hujan, 


"Kalau di Gunungkidul itu biasanya hujan paling lebat itu terjadi di bulan Desember, Januari dan Februari," kata Dasanto. 



Sebetulnya, tambah dia, selain teknologi itu kita bisa melihat dari tanda-tanda alam, kalau jawa menyebutnya dengan ilmu titen. 


"Jika masih ada banyak bekicot berkeliaran itu tanda masih akan terjadi, jika burung prenjak belum berkicau, artinya masih akan ada hujan, jika belum muncul undur-undur itu tandanya belum musim kemarau, itu ilmu titen," katanya. 


Diskusi mendadak hangat ketika audien menyampaikan tentang hama yang menyerang petani sehingga petani kuwalahan mengatasinya dan hasil panen tidak seperti biasanya, dimana petani diserang ribuan kera ekor panjang, 


"Kera ekor panjang ini menyerang petani dari ujung barat sampai ujung timur, semua rata di serang ribuan kera ekor panjang sehingga kalau tidak dijaga gagal panen," ungkapnya. 


Kera ini populasinya sudah tidak terhitung, satu koloni terdiri ribuan kera ekor panjang, sekali menyerang tanaman petani habis. bagaimana mau menjaga ketahanan pangan lha wong tidak ada tindakan pengurangan populasi, 


"Sering ini disampaikan tetapi jawabanya tidak solutif, jawabanya selalu kera menyerang lahan petani karena di habitatnya sudah kehabisan stok makanan. Jawabanya selalu seperti itu, itu bukan solusi tapi monoton, ngono-ngono wae," keluhnya. 


Berilah solusi dengan tindakan nyata, ini sudah merupakan hama bagi petani, seperti apa solusinya tentu para-para sudah lebih bijaksana. 


"Kalau tidak ada solusi atau pengurangan populasi ya di tembak dengan pil KB atau gemana agar tidak bisa berkembang biak," ujarnya kesal. 


( Mbah Pri )

Iklan

iklan