Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Kepulauan Sapeken Membara, Inovasi Desa Terancam Bara Intrik Oknum Tak Bertanggung Jawab

Rabu, Mei 14, 2025, 12:38 WIB Last Updated 2025-05-14T05:39:05Z


Sumenep, Kompasone.com - Terbentang Luas dari ufuk timur, Sebuah pulau yang diciptakan Tuhan dengan segala keindahan dengan komoditi laut yang memukau dan menakjubkan, inilah pulau   Sapeken, sebuah mozaik bahari dengan lanskap eksotis dan kekayaan laut yang tak ternilai harganya.


Desa-desa seperti Sakala, Saseel, dan desa desa lain yang berada dalam naungan Pemerintah sumenep menyimpan potensi dahsyat untuk menggerakkan roda perekonomian lokal melalui program ketahanan pangan berbasis hasil laut.


Bukan sekadar wacana, ide-ide brilian telah bermunculan, mendapat pengakuan dan dukungan moril dari Wakil Bupati Sumenep dan Kepala Dinas PMD, yang melihat visi kemandirian dan kesejahteraan terpancar dari inisiatif masyarakat.


Desa Sakala, dengan keindahan bawah lautnya yang memikat, menyimpan mutiara perikanan kelas dunia. Ikan Lodi yang lincah, Marlin sang pengembara samudra, Sunu Bintang yang memesona, hingga si Raja Karang Napoleon yang harganya selangit di pasar ekspor, semuanya berpotensi menjadi pilar ekonomi baru.


Kandungan protein dan nutrisi tinggi dalam ikan-ikan ini bukan hanya menjanjikan devisa, tetapi juga investasi kesehatan dan kecerdasan generasi penerus bangsa. Dukungan untuk menjadikan Sakala sebagai ikon pemancingan internasional bagi para penggila Marlin adalah langkah visioner, membuka pintu bagi pariwisata berkualitas dan peningkatan pendapatan masyarakat.


Namun, di tengah semangat membara untuk mewujudkan mimpi kemajuan, terselip riak-riak yang mengusik ketenangan para pemimpin desa. Kades Sakala, Bukhari Muslim, dengan lugas menyampaikan kegelisahannya terkait kehadiran pihak-pihak misterius yang mengaku utusan dari lembaga negara terhormat seperti BPK dan KPK, datang tanpa kejelasan maksud dan tujuan. Di tengah padatnya agenda melayani masyarakat, gangguan semacam ini tentu menjadi distraksi yang kontraproduktif.


Lebih ironis lagi, munculnya oknum yang mengaku sebagai representasi media dan kelompok kontrol, justru memperkeruh suasana. Alih-alih menjalankan fungsi pengawasan yang konstruktif, mereka diduga memanfaatkan celah informasi publik, seperti data LPJ desa dalam aplikasi Jaga Desa, sebagai alat pemerasan yang tidak terpuji. Praktik-praktik intimidasi dan pembuatan berita tanpa verifikasi lapangan, yang hanya dinikmati oleh segelintir pihak, sungguh menciderai marwah jurnalisme dan esensi pengawasan.


Ungkapan satir Kades Sakala mengenai berita dengan tiga pembaca – kepala desa, pembuat berita, dan camat – adalah ironi pedas yang menggambarkan betapa dangkal dan tendensiusnya praktik oknum-oknum tersebut. Mereka hadir tanpa memahami realitas di lapangan, tanpa berdialog, dan tanpa keinginan tulus untuk berkontribusi pada pembangunan desa.


Kegundahan para kepala desa di kepulauan Sapeken adalah cerminan dari dilema antara semangat membangun dan gangguan dari pihak-pihak yang mencari keuntungan pribadi. Mereka menegaskan bahwa rasa takut terbesar mereka adalah mengecewakan masyarakat yang telah memberikan amanah.


Mereka menghormati media dan lembaga swadaya masyarakat yang benar-benar hadir untuk mengawasi dan mengawal program pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Namun, mereka juga tidak naif terhadap potensi penyalahgunaan kekuasaan dan penyelewengan dana negara, yang konsekuensinya sangat mereka pahami.


Kisah dari Kepulauan Sapeken ini adalah narasi tentang harapan yang bersemi di tengah keterbatasan geografis, tentang potensi besar yang menanti untuk dioptimalkan, dan tentang tantangan yang muncul dari praktik-praktik tidak etis yang mengatasnamakan pengawasan. 


Semoga suara lantang dari para pengabdi desa ini didengar, agar gelombang pembangunan yang tengah mereka cita-citakan tidak terhambat oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang tidak bertanggung jawab. Integritas dan transparansi adalah fondasi utama dalam membangun kemajuan, dan praktik pemerasan serta intimidasi tidak memiliki tempat dalam upaya mulia ini.


(R. M Hendra)

Iklan

iklan