Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Apresiasi Ketum NGO (Non-Governmental Organization) BIDIK Terhadap Peran Babinsa dan Urgensi Pengawasan Maritim

Sabtu, Mei 31, 2025, 14:39 WIB Last Updated 2025-05-31T07:39:50Z


Sumenep, Kompasone.com – Sebuah penemuan signifikan yang diduga narkotika jenis sabu seberat 35 kilogram mengguncang ketenangan perairan barat daya Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Madura. Insiden ini, yang terungkap berkat kewaspadaan nelayan setempat, dengan segera menarik atensi luas dari aparat penegak hukum dan publik.


Dalam konteks penanganan kasus krusial ini, peran proaktif dua anggota Babinsa menjadi sorotan dan menuai apresiasi, terutama dari Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Barisan Investigasi dan Informasi Keadilan atau (NGO) Non-Governmental Organization BIDIK, Didik Haryanto.


Didik Haryanto, yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Gibran Center Kabupaten Sumenep, secara eksplisit memuji kesigapan dan partisipasi Babinsa dalam mengamankan barang mencurigakan tersebut. Menurutnya, tindakan ini merupakan manifestasi konkrit dari dedikasi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) di wilayah perbatasan dan kepulauan.


Beliau menegaskan bahwa upaya pengamanan terhadap substansi ilegal semacam sabu tidak semata-mata merupakan persoalan yuridis, melainkan juga menyangkut integritas dan masa depan generasi bangsa.


“Substansi adiktif seperti sabu, jika jatuh ke tangan yang salah, akan menjadi instrumen perusak masa depan bangsa,” ujar ketua NGO Didik, pada Jumat (30/05). “Oleh karenanya, keterlibatan dua Babinsa dalam upaya penyelamatan sabu tersebut menjamin keamanan barang bukti,” imbuhnya.


Didik Haryanto lebih lanjut menekankan urgensi penguatan peran TNI di lapangan, khususnya di wilayah-wilayah yang rentan terhadap aktivitas penyelundupan melalui jalur maritim. Ia berharap insiden ini dapat menjadi katalisator pembelajaran sekaligus peringatan bagi seluruh pemangku kepentingan mengenai vitalnya peningkatan pengawasan di perairan Indonesia, terutama di kawasan kepulauan seperti Masalembu.


Kronologi penemuan berawal pada Rabu (28/5), ketika empat nelayan dari Dusun Ambulung, Desa Sukajeruk, Kecamatan Masalembu – Sirat (60), Naim (30), Fadil (25), dan Mastur (40) – menemukan sebuah drum besi terapung sekitar empat mil dari garis pantai. Mereka kemudian membawa drum tersebut ke darat dan menyimpannya.


Keesokan harinya, rasa ingin tahu mendorong salah satu dari mereka untuk membuka drum tersebut, yang di dalamnya ditemukan 35 bungkusan plastik utuh, diduga kuat berisi sabu. Temuan ini segera dilaporkan oleh Mastur kepada Koramil 0827/22 Masalembu, yang selanjutnya diteruskan kepada Polsek Masalembu untuk penanganan lebih lanjut.


Kapolsek Masalembu, Ipda Asnan, membenarkan bahwa pihaknya bersama aparat TNI segera mengamankan lokasi dan barang bukti. Dalam keterangannya, Ipda Asnan menyatakan bahwa drum beserta seluruh paket akan dikirim ke Polres Sumenep untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium forensik.


“Langkah pengamanan segera kami ambil guna menjaga keaslian barang bukti. Saat ini, proses identifikasi masih berlangsung dan kami terus mendalami asal-muasal barang tersebut,” paparnya.


Peristiwa ini kembali mengemukakan realitas maraknya praktik penyelundupan narkotika yang mengeksploitasi celah pengawasan di jalur laut, khususnya di wilayah terpencil seperti Masalembu. Ditekankan bahwa bukan hanya aparat, tetapi masyarakat juga diimbau untuk senantiasa responsif terhadap situasi di sekitarnya.


“Dapat dibayangkan implikasinya bila 35 kilogram sabu ini jatuh ke tangan jaringan narkoba; berapa banyak generasi muda bangsa ini yang akan menjadi korban,” tegas Didik.


Dalam konteks nasional, penemuan sabu ini menjadi sinyal peringatan yang kuat bagi aparat penegak hukum dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengintensifkan sinergitas serta pengawasan di jalur maritim.


Terlebih, perairan Madura kerap dijadikan koridor lintasan oleh pelaku jaringan narkotika internasional karena posisi geografisnya yang strategis dan relatif minim pengawasan.


Di penghujung pernyataannya, Didik Haryanto menggarisbawahi urgensi pembentukan kolaborasi harmonis antara masyarakat, pemerintah, dan aparat. Ia mendorong implementasi program edukasi mengenai bahaya narkoba di desa-desa pesisir, serta peningkatan pengawasan di titik-titik rawan penyelundupan.


“Langkah sigap Babinsa ini tidak hanya menyelamatkan barang bukti, melainkan juga menyelamatkan generasi. Ini patut diapresiasi dan dijadikan teladan serta contoh secara nasional,” pungkasnya.


(R. M Hendra)

Iklan

iklan