Pasuruan, Kompasone.com– Komunitas seni dan budaya di Kota Pasuruan menunjukkan keprihatinan mendalam terhadap masa depan sektor budaya lokal. Melalui permohonan audiensi yang dikirimkan kepada Ketua DPRD pada 12 Februari 2025, mereka berharap dapat mendiskusikan berbagai isu penting yang menghambat perkembangan seni dan budaya. Permohonan ini menjadi penanda jelas bahwa para seniman dan budayawan menuntut perhatian lebih dari pemerintah.
Salah satu masalah utama yang diangkat dalam audiensi adalah pemanfaatan Gedung Kesenian Dharmoyudho, yang dinilai tidak optimal. Ahmad Afandi, Ketua Umum Sanggar Seni Coral, menegaskan, *"Gedung ini harus berfungsi penuh sebagai pusat kegiatan seni, bukan sekadar bangunan tanpa arti."* Ia menekankan pentingnya kepastian akses bagi komunitas seni agar gedung tersebut dapat digunakan secara maksimal.
Regulasi yang tidak jelas mengenai penggunaan gedung turut memperkuat keluhan dari para seniman. Para pelaku seni menginginkan adanya perhatian serius dari pemerintah untuk memastikan fasilitas ini tidak lagi terabaikan.
Isu lain yang mencuat adalah keberadaan Dewan Kebudayaan Pasuruan yang dinilai tidak memiliki fungsi nyata. Ilham, Ketua Umum Sabdawala, mengungkapkan, *"Tanpa dasar hukum yang jelas, dewan ini tidak akan bisa berperan efektif. Kami menuntut tindakan yang lebih dari sekadar formalitas."*
Para seniman berharap agar Dewan Kebudayaan dapat berfungsi sebagai lembaga yang mendukung pengembangan seni dan budaya di Pasuruan, bukan sekadar simbol tanpa makna.
Festival Kampung Budaya, yang idealnya harus menjadi ajang apresiasi, juga menjadi sorotan utama. Pras, seorang seniman dari Terbang Bandhungan, menyatakan, *"Seni seharusnya bukan hanya hiburan belaka, melainkan juga jembatan sosial yang perlu perhatian serius."* Para seniman merasa dukungan pemerintah terhadap kegiatan budaya masih sangat minim.
Audiensi yang diadakan hari ini diharapkan bisa menghasilkan keputusan yang konkret bagi perkembangan seni dan budaya. Pepeng menegaskan, *"Kami ingin solusi nyata, bukan sekadar kata-kata manis yang tak ada tindak lanjutnya."* Kritik juga datang dari Ki Suryo yang menegaskan pentingnya agar semangat perjuangan para seniman tidak hanya menjadi wacana.
Menanggapi tuntutan komunitas seni, Hasjim Asjari, Anggota DPRD Kota Pasuruan, berjanji akan menampung semua aspirasi seniman dan budayawan. *"Kami paham keresahan ini dan berkomitmen mencari solusi terbaik, tetapi ada prosedur yang harus dilalui,"* ujarnya. Hasjim menegaskan perlunya kerjasama antara DPRD dan pemerintah daerah untuk menciptakan kebijakan berkelanjutan.
Budayawan Ayik Sohaya mengingatkan pentingnya kehadiran seluruh pemangku kebijakan dalam audiensi ini. *"Tanpa Ketua DPRD, Wali Kota, dan kepala dinas, pembahasan ini akan kehilangan substansi,"* kritiknya. Ia menegaskan perlunya semua pihak terlibat agar diskusi ini dapat menghasilkan kebijakan yang berkelanjutan dan efektif.
Masyarakat dan pelaku seni diharapkan aktif selama audiensi untuk memperkuat tuntutan mereka. Pepeng menekankan, *"Pertemuan ini bukan sekadar keluhan, tetapi langkah nyata untuk mencari solusi jangka panjang."* Kini, sinyal pertanyaan besar hadir: apakah DPRD akan mendengarkan suara para seniman dan mengambil tindakan yang tepat?
Mas Pepeng juga menekankan pentingnya transparansi terkait anggaran dalam kegiatan budaya. Ia mengusulkan agar laporan anggaran Festival Kampung Budaya diperiksa dan dibuka untuk publik supaya tidak ada diskriminasi terhadap pelaku seni. *"Kami butuh kepastian dan akuntabilitas dalam setiap program yang melibatkan dana publik,"* tegasnya.
Saat ini, harapan terletak di pundak DPRD dan pemangku kebijakan lainnya untuk mengambil langkah konkret demi kemajuan seni dan budaya di Pasuruan. Masyarakat berharap ada tindakan nyata yang diambil agar seni dan budaya di daerah ini tidak hanya sekadar cerita, tetapi menjadi bagian hidup yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sekarang semua mata tertuju pada hasil pertemuan yang diharapkan mampu memperjuangkan nasib seni dan budaya di Kota Pasuruan, menciptakan ruang bagi ekspresi beragamnya karya seni lokal.
Muh