Sumenep, Kompasone.com - Artikel Perjalanan ini dimulai dari ujung senja kehidupan, tatkala tubuh mulai rapuh dan ingatan mulai pudar, kita sering kali merenung tentang makna hidup. Kita bertanya-tanya, untuk apa semua perjuangan ini? Apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup?
Kisah seorang nenek renta bernama Fatma sering terkenang di benak karena beliau adalah Nenek teman saya. Ia hidup sederhana di sebuah Kampung kecil. Sepanjang hidupnya, ia dikenal sebagai sosok yang penyabar, lemah lembut, dan selalu berbagi dengan sesama. Meski hidup dalam keterbatasan, senyum yang teduh tak pernah lepas dari wajahnya.
Suatu hari, Fatma jatuh sakit. Penyakitnya semakin parah hingga ia tak lagi bisa beraktivitas seperti sedia kala. Namun, di tengah sakitnya, ia tetap sabar dan tabah. Ia sering berpesan kepada anak cucunya, "Janganlah kalian bersedih hati. Ini adalah jalan yang harus kita lalui. Yang penting adalah kita sudah berusaha menjadi manusia yang berguna."
Ketika ajal menjemput, Fatmah menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang. Saat itu, seluruh anggota keluarga berkumpul di samping tempat tidurnya. Mereka mendoakan Fatmah agar diterima amal ibadahnya dan ditempatkan di sisi Allah SWT.
Fatmah adalah contoh nyata dari seorang hamba yang hidup dengan penuh keikhlasan. Ia menjalani hidup dengan sederhana, Namun ea selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, dan tidak pernah mengeluh atas cobaan yang menimpanya. Kematiannya menjadi pelajaran bagi kita semua tentang perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
Kisah lain datang dari seorang anak kecil bernama Hafizh. Ia menderita penyakit kanker sejak usia dini. Meski harus menjalani pengobatan yang panjang dan menyakitkan, Hafizh selalu tersenyum dan tidak pernah menyerah. Ia bahkan sering memberikan semangat kepada teman-temannya yang sakit.
Saat kondisinya semakin memburuk, Hafizh meminta ibunya untuk membacakan Al-Quran. Dengan suara lembut, ibunya membacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Hafizh mendengarkan dengan penuh khusyuk. Tak lama kemudian, ia menghembuskan napas terakhirnya.
Wajah Hafizh tampak begitu tenang saat meninggal. Seakan-akan ia sudah siap untuk kembali ke sisi Allah SWT. Kisah Hafiz mengajarkan kita tentang kekuatan iman dan ketabahan seorang anak kecil.
Pesan moril. Kematian adalah kepastian bagi setiap makhluk hidup. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindarinya. Namun, bagaimana kita menghadapi kematian adalah pilihan kita. Kita bisa memilih untuk takut dan cemas, atau kita bisa memilih untuk menyambutnya dengan lapang dada.
Marilah kita belajar dari kisah-kisah di atas. Marilah kita hidup dengan penuh makna, selalu berbuat baik, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan begitu, kita akan siap menghadapi kematian kapan pun dan dimanapun.
Perbanyak Amal Sholeh. Sedekah, membantu sesama, dan berbuat baik adalah investasi terbaik untuk akhirat. Hubungan yang baik dengan sesama akan memberikan ketenangan hati. Evaluasi diri setiap hari dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Ajarkan anak-anak kita tentang akhirat sejak dini agar mereka tumbuh menjadi generasi yang sholeh dan salihah.
"Sesungguhnya kamu pasti mati, dan sesungguhnya kamu pasti akan dibangkitkan (kembali)." (QS. Al-Muminun: 15)
Semoga tulisan sederhana ini dapat menyentuh hati kita semua, mengingatkan kita akan hakikat hidup yang fana. Marilah kita perbanyak amal sholeh dan selalu berbuat baik.
(R. M Hendra)