Sumenep, Kompasone.com - kota keris yang terkenal dengan warisan budayanya yang kaya, kini tengah menghadapi dilema yang pelik. Perkembangan zaman yang pesat telah membawa angin segar berupa modernisasi, namun di sisi lain, hal ini juga memicu perdebatan sengit antara para pendukung pelestarian budaya dan mereka yang menginginkan kemajuan pariwisata.16|4|2024
Pusat perdebatan ini adalah keberadaan hiburan malam, khususnya klub malam. Para aktivis budaya khawatir bahwa kehadiran tempat hiburan semacam itu akan merusak nilai-nilai luhur yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat Sumenep. Mereka berpendapat bahwa hiburan malam dapat merusak moral generasi muda, menjauhkan mereka dari akar budaya, dan merusak citra Sumenep sebagai kota santri.
"Sumenep itu dikenal sebagai kota keris, bukan kota disko," tegas Markeso, seorang tokoh masyarakat yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat. "Kita harus menjaga warisan budaya kita agar tidak tergerus oleh modernisasi yang tanpa kendali."
Di sisi lain, para pelaku usaha pariwisata dan sejumlah pemuda berpendapat bahwa hiburan malam dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Mereka berargumen bahwa dengan adanya klub malam, Sumenep akan semakin dikenal sebagai destinasi wisata yang modern dan kekinian.
"Kita tidak perlu menutup diri dari perkembangan zaman," ujar Rasyid Nadyin, seorang Aktivis pemerhati yang inten mengikuti perkembangan daerah. "Hiburan malam bisa menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat." Usulnya
“Pemerintah Kabupaten Sumenep pun berada dalam dilema. Di satu sisi, mereka ingin mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata, namun di sisi sisi lain, mereka juga harus memperhatikan nilai-nilai budaya dan moral masyarakat”
"Kita harus mencari solusi yang win-win solution," ujar Rasyid. "Kita tidak bisa serta-merta melarang keberadaan hiburan malam, namun kita juga harus memastikan bahwa segala kegiatan yang dilakukan di tempat-tempat hiburan tersebut sesuai dengan norma-norma yang berlaku." Tegasnya
“Mungkin ada Beberapa solusi yang mungkin dapat ditawarkan, salah satunya Membatasi lokasi pendirian tempat hiburan malam di area tertentu yang jauh dari pemukiman penduduk dan tempat-tempat ibadah.
Yang kedua Menetapkan jam operasional yang ketat untuk tempat hiburan malam.
Yang ketiga Melakukan pengawasan secara ketat terhadap segala aktivitas yang terjadi di tempat hiburan malam, termasuk peredaran narkoba dan minuman keras.
Dan yang paling penting, kita sebagai putra daerah yang menjaga marwah Sumenep Secara bersama-sama mempromosikan nilai-nilai budaya Sumenep kepada generasi muda, agar mereka tetap mencintai dan melestarikan warisan leluhur.
Dan yang terakhir, kita semua sebagai pemuda intelektual harus Membuka ruang dialog yang lebih luas antara pemerintah, pelaku usaha, tokoh masyarakat, dan pemuda, untuk mencari solusi bersama.” tegas Rasyid
“Tujuannya Membuka diskusi ini tentang isu-isu yang relevan dengan kehidupan masyarakat Sumenep. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budaya. Mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan yang ada. Itu saja”
Rasyid menambahkan “Nah Pertanyaan untuk diskusi nanti yang akan kita bahas tentunya tidak jauh-jauh dari pertanyaan dibawah ini
1/Bagaimana cara menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan pelestarian budaya di Sumenep?”
2/Peran apa yang dapat dimainkan oleh masyarakat dalam menjaga nilai-nilai budaya di tengah arus modernisasi?”
3/Apa saja dampak positif dan negatif dari keberadaan hiburan malam bagi masyarakat Sumenep?
4/Bagaimana peran media dalam menyikapi perdebatan ini?
Sebagai penutup Rasyid mengatakan “ Mungkin itu dulu Mas Hendra ya, yang bisa saya terangkan soal budaya dan hiburan malam. Walau bagaimanapun masyarakat juga harus menjaga kultur budaya, di samping itu juga paham dengan pentingnya sebuah kemajuan, terimakasih” tutup Rasyid
(R. M Hendra)