DIY, kompasone.com - Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk pertama kalinya menetapkan Desa Wisata Widosari, yang berlokasi di Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, sebagai desa wisata ramah muslim. Penetapan ini ditandai dengan penyerahan Piagam Pengakuan Desa Wisata Ramah Muslim oleh Ketua Umum MES DIY, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, pada Senin (29/9).
Acara tersebut dihadiri oleh jajaran pengurus MES DIY, perwakilan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, serta pengelola Desa Wisata Widosari. Hadir pula Tri Hidayat, S.Sos., MIP. selaku Carik (Sekretaris Desa Ngargosari), dan Heri Susanto selaku Ketua Desa Wisata Widosari.
Langkah ini menjadi awal penting bagi pengembangan konsep pariwisata ramah muslim di tingkat desa. Prof. Edy menjelaskan bahwa pengakuan tersebut bukan hanya bentuk penghargaan, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat peran Yogyakarta dalam pembangunan pariwisata ramah muslim. Menurutnya, DIY memiliki modal yang besar karena sejak lama dikenal sebagai tujuan wisata populer, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Lebih lanjut, Prof. Edy menyampaikan bahwa penetapan Desa Wisata Ramah Muslim tidak sekadar prestasi simbolik.
“Lebih jauh, langkah ini menjadi bagian dari peta jalan pariwisata ramah muslim nasional yang mendukung Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia,” kata Rektor Universitas Widya Mataram ini.
“Harapan kami, hadirnya Desa Wisata Ramah Muslim di DIY dapat memperkuat program pariwisata ramah muslim nasional. Targetnya jelas, menjadikan DIY sebagai contoh bagi daerah lain. Dengan begitu, upaya ini sejalan dengan strategi pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia pusat ekonomi syariah global,” ujar Prof. Edy.
“Pariwisata ramah muslim tidak hanya ditujukan untuk umat Islam semata. Konsep ini lebih luas, karena mencakup penyediaan layanan wisata yang bersih, sehat, nyaman, dan ramah bagi semua kalangan. Pariwisata ramah muslim berarti menghadirkan pariwisata yang berkualitas dan inklusif. Jadi, siapa pun bisa menikmati wisata ini,” tambah mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.
Prof. Edy menekankan bahwa keberhasilan Desa Wisata Widosari hanyalah langkah awal. Ke depan, MES DIY mendorong lebih banyak desa wisata di Yogyakarta untuk memenuhi standar pariwisata ramah muslim.
“Widosari adalah awal. Harapan kami, semakin banyak desa wisata di DIY yang memenuhi standar ini. Dengan begitu, DIY dapat menjadi contoh nasional dalam pengembangan wisata ramah muslim,” tandasnya.
Pengakuan yang diberikan MES DIY mengacu pada Pedoman Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor PDM/5/HK.01.04/MK/2024 yang menekankan pentingnya pemenuhan tiga layanan dasar dalam pariwisata ramah muslim, yaitu penyediaan makanan dan minuman halal, penyediaan sarana ibadah yang bersih dan memadai, serta penyediaan fasilitas sanitasi yang bersih dan layak.
Dalam hal ini, MES DIY menegaskan bahwa piagam yang diberikan bukanlah sertifikasi halal, melainkan bentuk pengakuan bahwa Desa Wisata Widosari telah memenuhi kriteria dasar yang ditetapkan dalam pedoman tersebut. Dengan demikian, Widosari menjadi desa pertama di Indonesia yang mendapatkan pengakuan resmi dari MES DIY terkait pariwisata ramah muslim.
Sebelum memberikan pengakuan, MES DIY melakukan observasi langsung ke Desa Wisata Widosari. Proses ini dipimpin langsung oleh Prof. Edy, dengan melibatkan tim dari Departemen Pariwisata & Ekonomi Kreatif dan Departemen Industri Halal serta UMKM.
Tim lapangan meninjau sejumlah fasilitas utama, antara lain homestay dan dapur, untuk memastikan standar kebersihan serta penggunaan bahan makanan halal; masjid, mushalla, tempat wudhu, dan toilet, untuk menilai kelayakan sarana ibadah dan sanitasi; serta kuliner lokal, yang tidak hanya diverifikasi kehalalannya, tetapi juga diangkat sebagai daya tarik wisata khas desa.
Hasil observasi menunjukkan bahwa Desa Wisata Widosari telah memenuhi ketiga layanan dasar dengan baik. Bahkan, beberapa aspek seperti produk kuliner sudah tersertifikasi halal dan diverifikasi oleh lembaga terkait.
Menurut Ghifari Yuristiadhi, Pengurus Departemen Pariwisata MES DIY yang juga menjadi penanggung jawab lapangan, hasil peninjauan menunjukkan keseriusan pengelola desa dalam menerapkan standar. “Hakikat pariwisata ramah muslim adalah pariwisata yang berkualitas. Nilai-nilainya melampaui sekadar syariat. Intinya, wisata ini relevan untuk semua orang. Bersih, sehat, nyaman, dan inklusif. Hal-hal itu sudah terlihat di Widosari,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Heri Susanto menyampaikan rasa terima kasih dan kebanggaan atas pengakuan yang diberikan MES DIY. Sementara itu, Tri Hidayat dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga keharmonisan desa melalui sinergi antarwarga.
Bhenu