Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Sumenep Dibanjiri Janji Bupati yang Tenggelam di Tengah Nestapa Infrastruktur Kepulauan

Sabtu, April 19, 2025, 16:27 WIB Last Updated 2025-04-19T09:27:50Z


Sumenep, Kompasone.com – Aroma getir keputusasaan menyeruak di antara debu jalanan (Kaltim) Kalianget Timur, persis dimana beberapa taksi jurusan terminal pelabuhan kalianget jurusan kepulauan tersebut tertangkap kamera, membisu menyimpan bara keluhan mendalam. Bukan sekadar potret mobil terparkir, namun sebuah representasi ironi pembangunan yang mencolok di Kabupaten Sumenep.


 Zoom kamera media kompasone.com, membaca tulisan dengan narasi bikin gerah penumpang "BUPATI LIHATLAH…! Banyak Jalan Rusak di kepulauan…! Sudah bertahun-tahun rusaknya lho…!!!", menjadi representasi teriakan frustasi yang selama ini terpendam.


Di balik lensa kamera, berdiri tegak Ach. Supyadi SH,. MH, seorang advokat kawakan, putra daerah Sumenep yang dikenal dengan kecerdasan dan keberaniannya. Ia menjelma menjadi katalisator kemarahan publik kepulauan yang merasa dianaktirikan. Dengan retorika setajam silet, Supyadi mempertanyakan nurani para pemimpin Sumenep, baik yang telah berlalu maupun yang kini berkuasa. 


Baginya, jalan-jalan di kepulauan yang bak "Sirotol Mustaqim", penuh lubang menganga dan penuh genangan air, adalah cerminan nyata pengabaian hak rakyat. Ketakutan anak-anak sekolah melintasi jalur berbahaya itu, menurutnya, adalah analogi pedih dengan "jaman Belanda yang masih belum merdeka".


"Seandainya para pemimpin Sumenep terdahulu atau sekarang memiliki sedikit saja rasa Hormat dan kasih sayang pada masyarakatnya, mungkin kepulauan tidak akan pernah merasakan jalan yang menakutkan seperti sirotol mustaqim," tegas Supyadi, menyiratkan kekecewaan mendalam terhadap janji-janji manis yang tak kunjung terealisasi. 


Langkahnya bukan sekadar kritik kosong, melainkan sebuah "pemberontakan akal" yang terorganisir. Dimulai dari baliho-baliho protes yang sayangnya dipangkas oleh birokrasi, Supyadi tak gentar. Ia beralih ke stiker-stiker yang tertempel strategis di kantor-kantor dinas, hingga akhirnya merambah ke taksi-taksi jurusan Kalianget, menyebarkan virus perlawanan intelektual ke seantero Sumenep.


Janji Bupati Sumenep yang lantang ingin mensejajarkan pembangunan kepulauan dengan daratan kini terasa bagai "parfum, setelah disemprotkan baunya hilang perlahan seiringnya waktu." Sindiran koyo cabe ini bukan tanpa alasan. 


Masyarakat kepulauan, khususnya Pulau Raas yang merupakan tanah kelahiran Ach, Supyadi, merindukan realisasi janji kesejahteraan yang terus diulang namun tak kunjung menjelma nyata.


Aksi gerilya seorang "Single Fighter" seperti Supyadi patut diapresiasi sebagai manifestasi kecintaan mendalam pada tanah kelahiran dan pengabdian tulus pada masyarakat kepulauan. Pertanyaannya kini menggelayuti benak publik Sumenep. akankah "pemberontakan akal" ini mampu menggugah sang Bupati untuk menepati janjinya? Maukah kepulauan terus dibiarkan terpuruk dalam kubangan infrastruktur yang memprihatinkan?


Sorotan kini tertuju pada Bupati Sumenep, yang konon menikmati fasilitas empat mobil dinas dan empat sopir pribadi. Publik menanti aksi nyata, bukan sekadar retorika kosong. Sumenep menanti pembuktian komitmen, bukan sekadar janji yang menguap dihembus angin kepulauan. Inilah saatnya bagi sang pemimpin untuk membuktikan bahwa "parfum" janjinya memiliki aroma ketulusan yang abadi, bukan sekadar wewangian sesaat yang melenakan.


(R. M Hendra)

Iklan

iklan