Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Kapolri dan PBNU Bahas Keberagaman, Kekerasan di Pendidikan, serta Ancaman Radikalisme

Rabu, Februari 12, 2025, 21:21 WIB Last Updated 2025-02-12T14:22:01Z


Jakarta, Kompasone.com – Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo bertemu dengan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Wahid dalam audiensi yang membahas sejumlah isu strategis, termasuk penguatan keberagaman, pencegahan kekerasan di lingkungan pendidikan, serta ancaman radikalisme di masyarakat.


Dalam pertemuan yang berlangsung di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (12/2/2025), Kapolri menegaskan komitmen Polri dalam menjaga keberagaman sebagai pilar utama persatuan bangsa.


"Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang sangat beragam. Keberagaman ini merupakan kekuatan, bukan kelemahan. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk terus menjaga toleransi dan kebersamaan agar persatuan tetap terjaga," ujar Kapolri.


Dalam audiensi tersebut, Kapolri didampingi oleh sejumlah pejabat tinggi Polri, termasuk Kabaintelkam Komjen Syahardiantono, Kadiv Propam Irjen Abdul Karim, Kadiv Humas Irjen Sandi Nugroho, Wakabareskrim Irjen Asep Edi Suheri, serta beberapa pejabat lainnya. Sementara itu, Ketua PBNU Alissa Wahid hadir bersama jajaran pengurus PBNU, di antaranya Wasekjen PBNU Mahrus Elmawa dan Ketua LBH PP GP Ansor Dendy Zuhairil Finsa.


Kapolri menegaskan bahwa Polri siap bersinergi dengan PBNU dalam menindaklanjuti berbagai isu yang menjadi perhatian masyarakat. Salah satu fokus utama dalam diskusi tersebut adalah pencegahan kekerasan di lembaga pendidikan, terutama di sekolah, madrasah, dan pesantren.


"Kami mendukung penuh upaya PBNU dalam mengatasi kekerasan di lingkungan pendidikan. Polri akan mengambil langkah konkret dalam penegakan hukum serta pencegahan agar kasus-kasus serupa tidak terulang," tegas Kapolri.


Menanggapi hal tersebut, Alissa Wahid menyoroti urgensi kolaborasi antara Polri dan PBNU dalam memberantas kekerasan di dunia pendidikan. Menurutnya, kekerasan dalam bentuk apa pun tidak boleh ditoleransi karena dapat merusak masa depan generasi bangsa.


"Kami di PBNU terus berupaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan bebas dari kekerasan. Ini membutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk kepolisian, untuk menegakkan aturan dan memberikan perlindungan bagi para santri dan pelajar," kata Alissa.


Selain itu, pertemuan ini juga menyinggung ancaman radikalisme yang masih menjadi tantangan bagi ketahanan sosial. Alissa menegaskan bahwa NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia memiliki komitmen kuat dalam menangkal ideologi ekstrem yang bertentangan dengan nilai kebangsaan.


"Radikalisme adalah ancaman yang nyata. Kami di NU selalu mengedepankan Islam rahmatan lil alamin, yang mengajarkan moderasi dan cinta tanah air. Oleh karena itu, kami berharap ada kerja sama yang lebih intensif dengan Polri dalam menangani masalah ini," tambahnya.


Kapolri pun menyambut baik ajakan kerja sama tersebut. Ia menekankan bahwa Polri akan terus memperkuat koordinasi dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk organisasi keagamaan, dalam membangun harmoni sosial serta menjaga keamanan dan ketertiban.


"Kami siap bekerja sama dengan NU dan organisasi lainnya dalam menangkal paham radikal yang dapat merusak persatuan bangsa. Polri akan bertindak tegas terhadap segala bentuk ancaman yang berpotensi memecah belah masyarakat," ujar Kapolri.


Dengan adanya sinergi antara Polri dan PBNU, diharapkan upaya menjaga keberagaman, mengatasi kekerasan di pendidikan, serta mencegah radikalisme dapat berjalan lebih efektif. Audiensi ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat komitmen bersama demi Indonesia yang lebih aman, damai, dan harmonis. 

Humas Polri


Muh

Iklan

iklan