Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Jawasih Transformasi Singkong Lokal Menjadi Kekuatan Pasar Global, Omzet Tembus Rp 450 Juta

Rabu, November 26, 2025, 16:36 WIB Last Updated 2025-11-26T09:36:43Z

Sumenep, Kompasone.com - Kisah sukses Jawasih dari Desa Lanjuk, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, adalah studi kasus entrepreneurship yang luar biasa, mengubah aset agrikultur lokal singkong menjadi komoditas berdaya saing global. Melampaui sekadar bisnis makanan ringan, Jawasih telah membangun sebuah model ekonomi kerakyatan yang kokoh, dengan omzet bulanan yang kini menyentuh angka fantastis: lebih dari Rp 450 juta.


Jawasih, yang mengawali usahanya "dari nol" tanpa modal finansial maupun keahlian bisnis formal, menunjukkan bahwa tekad (the burning desire) adalah modal utama. Ia melihat potensi besar pada komoditas yang melimpah di desanya, singkong, dan mengubahnya menjadi produk bernilai jual tinggi.


Saat ini, skala produksinya telah meningkat secara eksponensial. Dari pengolahan manual, kini ia mampu memproses hingga 5 ton singkong setiap pekan sebuah lonjakan kapasitas yang signifikan. Keberhasilan ini tidak hanya diukur dari angka penjualan, tetapi juga dari dampaknya terhadap sosial-ekonomi setempat.


"Saya bangga bisa merekrut banyak karyawan. Dengan begitu, warga desa punya penghasilan, dan saya yakin ini bisa mengurangi tingkat kriminal di sekitar sini," ujar H. Jawasih.


Model bisnis ini mengintegrasikan kemajuan teknologi dengan pemberdayaan manusia. Adopsi mesin otomatis meningkatkan efisiensi dan kecepatan produksi (scaling up), namun Jawasih memastikan bahwa peran tenaga kerja lokal tetap vital, menjadikannya sebuah value chain yang inklusif dan berkelanjutan.


Di tengah cemoohan awal, Jawasih memegang teguh keyakinan bahwa bahan lokal dapat menjadi sumber emas (local sourcing for premium value). Untuk memenangkan konsumen, ia menyadari perlunya diferensiasi dan keunikan produk.


Kreativitas adalah Unique Selling Proposition (USP) utama. Jawasih secara agresif menantang selera pasar dengan meluncurkan delapan varian rasa—jauh melampaui rasa original—termasuk inovasi seperti pedas manis, bawang, ayam bakar, hingga roti panggang. Inovasi rasa ini menciptakan curiosity dan loyalitas pelanggan.


Perjalanan bisnis tidak luput dari disrupsi. Pandemi COVID-19 menjadi ujian ketahanan (resilience test), memaksa separuh karyawannya dirumahkan. Namun, Jawasih mempertahankan filosofi bahwa bisnis bukan hanya soal profit, tetapi tentang memberi manfaat dan menularkan harapan.


Filosofi inilah yang mendorong brand kripik singkong "made in Sumenep" berhasil menembus pasar internasional. Saat ini, produknya telah diekspor ke sejumlah negara, termasuk Malaysia dan Brunei. Keberhasilan ekspor ini didorong tidak hanya oleh kualitas rasa (taste profile), tetapi juga oleh kekuatan narasi (storytelling) perjuangan di balik produk tersebut.


Kisah Jawasih adalah bukti nyata bahwa dengan etos kerja keras, inovasi rasa, dan model bisnis yang memberdayakan, seorang anak desa mampu mentransformasi keterbatasan menjadi kesuksesan berkelanjutan (sustainable success), mengubah singkong biasa menjadi sebuah brand yang membanggakan.


(R. M Hendra)

Iklan

iklan