Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Ritual Mendak Tirta di Madakaripura, Tahap Sakral Menuju Yadnya Kasada

Senin, Juni 09, 2025, 09:56 WIB Last Updated 2025-06-09T02:56:22Z


Probolinggo, Kompasone.com – Umat Hindu Suku Tengger menunaikan ritual sakral Mendak Tirta di Air Terjun Madakaripura, Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Prosesi tersebut membuka rangkaian persiapan menuju puncak perayaan Yadnya Kasada di Gunung Bromo.


Sejak fajar, ratusan warga berkumpul di bibir tebing air terjun yang dipercaya keramat. Mereka membawa hasil bumi, kembang, serta dupa yang telah dirapal doa. Suasana hening berpadu gemuruh air setinggi 200 meter itu menegaskan kesakralan tempat.


Ritual dipimpin dukun adat Tengger, sementara personel Koramil 0820/08 Sukapura menjaga keamanan jalannya upacara. Serka Widodo, salah satu prajurit pengawal, menuturkan, “Pengambilan tirta suci ini menjalin keharmonisan manusia, alam, dan Ida Sang Hyang Widi.”


Setelah pembacaan mantra oleh pandita, peserta menuruni jalur licin menuju kolam alami di kaki air terjun. Di sanalah air jernih dimasukkan ke gentong tembikar yang sudah didupai.


Serka Widodo menambahkan, kegiatan tahunan itu tak sekadar tradisi. “Mendak Tirta adalah wujud hormat pada leluhur sekaligus ikhtiar menjaga keseimbangan ekosistem Madakaripura,” ujarnya di sela penjagaan.


Sejumlah sesaji lalu dilarungkan bersama doa agar masyarakat diberi keselamatan. Air yang telah diberkati akan dibawa menaiki lautan pasir Bromo menuju Pura Luhur Poten sebagai syarat utama Yadnya Kasada.


Madakaripura dipilih karena diyakini tempat pertapaan Patih Gajah Mada, figur pemersatu Nusantara yang secara spiritual dianggap leluhur warga Tengger. Konon, tirta dari titik itu memiliki daya pembersih rohani paling kuat.


“Pemerintah daerah memfasilitasi prosesi supaya kelestarian budaya terjaga,” sambung Widodo, menegaskan komitmen aparat menjaga warisan adat di tengah arus wisata.


Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Probolinggo, Bambang Suprapto, menjelaskan tirta diambil dari empat sumber suci: Watuk Klosot (Lumajang), Widodaren (Bromo), Madakaripura (Probolinggo), dan Rondo Kuning (Ranupani). “Empat tirta itu disatukan untuk mensucikan pratima dan sarana upacara di Poten,” tuturnya.


Bagi masyarakat Tengger, Mendak Tirta bukan sekadar seremoni. Prosesi tersebut merekatkan identitas, memupuk solidaritas, dan mengingatkan setiap insan akan kewajiban merawat alam demi generasi mendatang.


Muh

Iklan

iklan