Sumenep, Kompasone.com - Di bawah kepemimpinan Bupati Achmad Fauzi Wongsoyudo, Kabupaten Sumenep mulai berbenah diri. Namun, di balik gemerlap pembangunan, terdapat kisah pilu seorang relawan bernama Mas Praja Iskandar.
Mas Praja, yang pernah berjibaku siang malam untuk mengantarkan Achmad Fauzi ke kursi bupati, kini merasa suaranya tak lagi didengar. Saran dan masukannya, yang lahir dari pengorbanan dan kecintaan pada Sumenep, bagaikan angin lalu.
"Saya capek," aku Mas Praja dalam sebuah ungkapan penuh kepiluan. "Saya capek memberikan saran yang tak pernah didengar."
Perjuangan Mas Praja dan relawan lainnya bukan tanpa pengorbanan. Mereka rela meninggalkan keluarga, mengarungi pulau-pulau di Sumenep, demi mengantarkan kemenangan bagi Achmad Fauzi.
"Kami berjuang siang malam, tanpa memikirkan anak dan istri," kenang Mas Praja. "Semuanya demi masa depan Sumenep yang lebih baik."
Kini, melihat arah kepemimpinan yang dirasa menyimpang, Mas Praja dilanda dilema. Di satu sisi, dia tak ingin mengkhianati perjuangannya. Di sisi lain, dia tak ingin melihat Sumenep terjerumus ke jurang kekecewaan.
"Saya merasa berdosa jika diam," tegas Mas Praja. "Saya tak bisa menormalisasi sesuatu yang tak jelas dan tak terarah. Masa depan Sumenep dipertaruhkan."
Kisah Mas Praja adalah cerminan dari kompleksitas politik. Di balik ambisi dan kekuasaan, terdapat idealisme dan pengabdian yang tak jarang terabaikan. Suara Mas Praja, meski tak selalu didengar, adalah pengingat bahwa demokrasi tak hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang mendengarkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
Akankah suara Mas Praja didengar? Akankah Achmad Fauzi membuka diri untuk kritik dan saran? Masa depan Sumenep masih abu-abu, menanti babak selanjutnya dalam kisah ini.
Cerita ini diadaptasi dari pernyataan Mas Praja Iskandar, seorang relawan Bupati Achmad Fauzi Wongsoyudo di Sumenep. Tulisan atau catatan ini hanya fiksi dan tidak dimaksudkan untuk menyerang atau menyinggung pihak manapun. Catatan Peribadi ini bertujuan untuk mengangkat isu pentingnya demokrasi, partisipasi masyarakat, dan akuntabilitas pemimpin.
(R.M Hendra)