Pontianak, kompasone.com – Tanggal 1 Oktober 2025 kembali diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila, sebuah momentum sejarah setelah tragedi G30S/PKI tahun 1965. Peringatan ini menjadi simbol keteguhan bangsa Indonesia dalam mempertahankan ideologi Pancasila dari berbagai ancaman yang berusaha meruntuhkannya.
Ketua Jurnalis Media Indonesia (JMI) Dewan Perwakilan Daerah Kalimantan Barat, Johandi, menegaskan bahwa Hari Kesaktian Pancasila harus dimaknai lebih dari sekadar seremonial. Menurutnya, di tengah kondisi Kalimantan Barat saat ini, nilai-nilai Pancasila sangat penting untuk menjawab berbagai persoalan sosial dan lingkungan yang sedang hangat.
“Di Kalimantan Barat kita menghadapi tantangan serius seperti maraknya praktik PETI (Pertambangan Emas Tanpa Izin), deforestasi akibat pembukaan lahan besar-besaran, serta konflik agraria yang sering menimbulkan ketegangan di masyarakat. Semua itu adalah ujian nyata bagaimana nilai Pancasila bisa dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Johandi.
Ia menambahkan, selain persoalan sumber daya alam, isu perdagangan orang (TPPO) dan lemahnya penegakan hukum juga masih menghantui Kalbar. Hal ini, menurutnya, membutuhkan sinergi kuat antara aparat, pemerintah daerah, masyarakat, dan juga insan pers untuk memastikan nilai keadilan sosial benar-benar terwujud.
“Pancasila bukan hanya slogan, tetapi pedoman moral dan hukum. Di Kalbar, kita ingin melihat kepolisian, pemerintah, dan masyarakat benar-benar mengedepankan musyawarah, keadilan, serta kemanusiaan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ini,” ujarnya.
Johandi juga menekankan peran pers lokal, termasuk JMI, dalam mengawal isu-isu tersebut agar tidak tenggelam oleh kepentingan kelompok tertentu. Baginya, media adalah penjaga moral publik dan benteng ideologi bangsa.
“Kita tidak boleh membiarkan kepentingan ekonomi merusak hutan, sungai, dan hak-hak masyarakat adat. Pers harus berani bersuara lantang, karena itu bagian dari menghidupkan kembali roh Pancasila di Kalbar,” katanya.
Ia berharap momentum Hari Kesaktian Pancasila menjadi pengingat bagi semua pihak di Kalimantan Barat bahwa ideologi bangsa ini lahir dari semangat persatuan, gotong royong, dan keadilan. Tanpa pengamalan nilai-nilai itu, kata Johandi, berbagai masalah daerah hanya akan semakin menumpuk dan memicu ketidakadilan.
“Dengan Pancasila, Kalimantan Barat bisa menjadi contoh daerah yang berdaulat atas alamnya, adil bagi masyarakatnya, serta tetap menjaga persatuan dalam keberagaman. Inilah makna sesungguhnya dari Hari Kesaktian Pancasila,” tutup Johandi.
Red
