Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

_Job Hugging_: Ketika Pekerjaan Sulit Dilepaskan

Rabu, Agustus 20, 2025, 18:53 WIB Last Updated 2025-08-20T11:53:38Z

 


Fajar Santoso

Dosen UIN Raden Mas Said Surakarta


Di tengah dunia kerja yang terus berubah, ada satu fenomena yang diam-diam tumbuh subur di berbagai sektor: _job hugging_. Istilah ini merujuk pada kecenderungan seseorang untuk tetap bertahan di satu pekerjaan atau posisi, meskipun peluang lain terbuka lebar atau meskipun pekerjaan tersebut tidak lagi memberikan kepuasan, pertumbuhan atau keseimbangan hidup. _Job hugging_ merupakan bentuk keterikatan emosional dan psikologis terhadap pekerjaan yang bisa jadi menghambat perkembangan pribadi dan profesional.


Secara sederhana, _job hugging_ adalah kondisi di mana seseorang “memeluk” pekerjaannya terlalu erat. Mereka enggan berpindah, seringkali bukan karena tidak ada pilihan, tetapi karena merasa terlalu nyaman, terlalu takut, atau terlalu terikat. Fenomena ini berbeda dari loyalitas atau komitmen kerja. Loyalitas adalah pilihan sadar untuk bertahan karena nilai dan visi yang sejalan, sementara _job hugging_ lebih menyerupai keterikatan yang bersifat defensif—seperti enggan keluar dari zona nyaman.


Orang yang mengalami _job hugging_ bisa jadi sangat kompeten dan berdedikasi, namun mereka menolak perubahan, promosi, atau tantangan baru. Mereka mungkin merasa aman di posisi saat ini, takut gagal di tempat lain atau khawatir kehilangan identitas yang sudah melekat pada pekerjaan tersebut.


Meskipun terlihat aman, _job hugging_ bisa berdampak negatif dalam jangka panjang, antara lain stagnasi karier. Ketika seseorang terlalu lama berada di zona nyaman, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar hal baru, memperluas jaringan, dan meningkatkan nilai profesional. Hal lainnya adalah penurunan motivasi dan produktivitas. Pekerjaan yang tidak lagi menantang bisa membuat seseorang kehilangan semangat, yang berdampak pada kinerja dan kepuasan kerja. Kesehatan mental juga menjadi salah satu efek negatif _job hugging_. Ketidakpuasan yang dipendam bisa menimbulkan stres, kecemasan dan bahkan depresi. Terjebak dalam pekerjaan yang tidak lagi bermakna bisa membuat seseorang merasa hampa. Di level organisasi, _job hugging_ bisa menghambat regenerasi, inovasi dan dinamika tim. Ketika posisi kunci tidak berganti, ide-ide baru sulit masuk.


Sebagai kontras, ada fenomena _job hopping_—yaitu berpindah-pindah pekerjaan dalam waktu singkat. Keduanya berada di dua kutub ekstrem: satu terlalu menetap, satu terlalu sering berpindah. Idealnya, seseorang perlu menemukan keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan. Bertahan bukan berarti stagnan, dan berpindah bukan berarti tidak setia.


Mengatasi _job hugging_ bukan berarti harus langsung resign atau mencari pekerjaan baru. Yang penting adalah menyadari pola keterikatan dan mengevaluasi apakah pekerjaan saat ini masih mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain refleksi diri, tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya masih belajar sesuatu yang baru? Apakah saya masih merasa termotivasi? Selanjutnya Adalah diskusi dengan mentor atau rekan. Kadang kita butuh perspektif luar untuk melihat situasi dengan lebih jernih. Diskusi dengan orang yang dipercaya bisa membuka wawasan baru.


Diperlukan juga eksplorasi internal. Jika belum siap pindah, coba cari tantangan baru di dalam organisasi. Ambil proyek lintas divisi, ikuti pelatihan, atau ajukan ide inovatif. Berikutnya yaitu membangun Identitas di luar pekerjaan, dengan membangun minat dan jejaring di luar kantor agar rasa percaya diri tidak bergantung pada satu peran saja. Terakhir adalah menyiapkan rencana jangka panjang. Tidak harus langsung pindah, tapi punya rencana karier jangka panjang bisa membantu mengurangi rasa takut dan membuka peluang baru.

Iklan

iklan

-

iklan