Papua Tengah, kompasone.com - (opini)
Konflik yang terjadi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, telah membawa dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat, terutama Anak-anak pelajar ditengah membentuk cita-cita setinggi langit seperti Deis Murib. Perubahan drastis dalam kehidupan Deis Murib akibat konflik berunjuk pada pengungsian telah mempengaruhi harapan dan cita-citanya.
Deis Murib adalah pemuda berusia 12 tahun, sedang menempuh pendidikan tingkat dasar ( SD) di Gome, Kabupaten puncak. Dia adalah remaja yang dengar -dengaran, setia akan ibadah. Selalu menolong siapapun dalam perjalanan ketika hendak Pulang sekolah.
Dalam situasi apapun, dia selalu sempatkan waktu untuk membaca Buku terutama alkitab. Pendidikan adalah aktivitas utama yang tak bisa diganggu gugat oleh siapapun, kapananpun, dan pengaruh apapun.
Semangat membara yang tak padam, mengantongi sejumlah cita-cita dalam sebuah noken kecil hasil rajutan neneknya. Setiap subuh selalu menguatkan haralanya melalui Doa singkat.
Sekolah berjarak 5 km dari rumahnya, sepanjang jalan di penuhi dengan berlumpuran, itu tak peduli bagi Deis Murib. Harapannya menyelesaikan pendidikan ditingkat dasar dan melanjutkan hingga perguruan tinggi.
Ketika seseorang bertanya kepada Deis Murib, Dirinya berkata saya punya beban moril, membalas Budi bagi orang tua dan kampung saya. Jika saya berhasil, saya kembali ke kampung kecil ini dan mau bangun. Ucap Deis, sambil menggaruk kepala.
Dampak Konflik terhadap Harapan
Konflik telah menyebabkan Deis Murib meninggalkan rumah dan sekolahnya, sehingga mempengaruhi harapan dan cita-citanya. Ia merasa putus asa dan kehilangan arah, serta tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depannya. Kelam kabut mulai menutupi harapan dan cita-cita.
Keputusan di benak kepalanya hanya dua, jika konflik semakin panjang dan dirinya tak memungkinkan kembali ke kampung halaman maka, Siap untuk angkat senjata memilih jadi Gerilyawan di hutan Rimba Papua. Namun konflik meredah, aparat militer kembali di tarik, maka Dirinya mengejar masa depan dengan Pendidikan.
Berikut adalah potretan Dampak konflik terhadap harapan Deis Murib seperti:
1. Kehilangan rasa aman: Deis Murib merasa tidak aman dan tidak stabil dalam kehidupannya, sehingga mempengaruhi harapan dan cita-citanya semakin terperosok.
2. Ketidakpastian masa depan: Deis Murib tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depannya, sehingga membuatnya merasa putus asa dan kehilangan arah.
3. Kehilangan kesempatan: Deis Murib harus meninggalkan sekolahnya, sehingga mempengaruhi kesempatan untuk mencapai cita-citanya.
4. Kesempatan untuk berliterasi: kebiasaan pagi dan sore selalu membaca buku tidak dilakukan karena hidup di tanah pengungsian.
5. Kebebasan: kebebasan Deis Murib belajar, bermain bersama kerabat, berburu di hutan, mengambil kayu bakar telah di batasi dan meras terancam akibat pendropan Militer.
6. Gedung sekolah: Sekolah Deis Murib dibakar oleh aparat, sekolah SMP lainya di kuasai/dipake aparat sebagai pos militer.
7. Aparat: aparat membawa senjata di ruang-ruang belajar, mengancam dan mengarahkan semua belajar soal NKRI harga Mati.
Kehidupan di Pengungsian
Di pengungsian, Deis Murib hidup dalam kondisi yang sulit, dengan fasilitas yang terbatas dan harus berbagi makanan dan tempat tinggal dengan banyak orang lain. Hal ini mempengaruhi kemampuan belajarnya dan membuatnya merasa bahwa kehidupannya tidak lagi seperti sebelumnya.
1. Keterbatasan fasilitas: Deis Murib hidup dalam kondisi yang sulit, dengan fasilitas yang terbatas, sehingga mempengaruhi kemampuan belajarnya.
2. Ketergantungan pada bantuan: Deis Murib harus bergantung pada bantuan dari pemerintah dan organisasi lain, sehingga membuatnya merasa tidak berdaya.
3. Kehilangan identitas: Deis Murib merasa bahwa kehidupannya tidak lagi seperti sebelumnya, sehingga mempengaruhi identitas dan rasa percaya dirinya.
4. Ekonomi: di tanah pengungsi Deis Murib dan keluarganya tinggal 10 hingga 20 keluarga, mempengaruhi pola makan dan kesehatan.
5. Tidak dapat akses pendidikan: Deis Murib sudah tidak sekolah, membaca Buku serta kebebasan belajar ekstra kurikuler tak dapat.
Resiliensi dan Semangat untuk Bertahan
Meskipun Deis Murib mengalami banyak kesulitan, ia tetap memiliki semangat untuk bertahan dan mencari solusi untuk membantu masyarakatnya. Ia menjadi salah satu pemimpin pelajar yang memperjuangkan hak-hak masyarakat pengungsi.
Deis Murib selalu mengantongi sebuah buku kecil, Buku berjudul " MINUM AIR DARI SUMUR KITA SENDIRI" yang di tulis oleh Dr. Sofian Yoman.
Ketika seseorang hendak bertanya, mengapa buku ini selalu ada di noken? Saya membaca buku ini berulang kali, sebab kalo saya tidak membaca, saya tidak dapat belajar. Jadi, saya membaca ini berulang ulang walaupun sudah membacanya. Ucap sambil senyum tipis-tipis.
1. Kemampuan adaptasi: Deis Murib dapat beradaptasi dengan kondisi yang sulit dan harus belajar beradaptasi lebih semangat.
2. Semangat untuk membantu: Deis Murib memiliki semangat untuk membantu kerabat dam memperoleh Buku bacaan.
3. Kepemimpinan: Deis Murib menjadi salah satu pemimpin pelajar yang memperjuangkan hak-hak kerabatnya.
Pendidikan sebagai Kunci untuk Mengubah Nasib
Deis Murib menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasibnya dan masyarakatnya. Ia tetap berusaha untuk belajar dan mencari pengetahuan- pengetahuan baru, meskipun dalam kondisi yang sulit.
Pendidikan menjadi harapan bagi Deis Murib untuk mencapai cita-citanya dan ingin hadir sebagai pembawa perubahan ditengah Kota kecil ( kampung halaman).
1. Peningkatan kemampuan: Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan Deis Murib dan masyarakatnya untuk mencapai cita-cita mereka.
2. Peningkatan kesadaran: Pendidikan dapat meningkatkan kesadaran Deis Murib dan masyarakatnya tentang hak-hak dan kewajiban mereka.
3. Peningkatan kesempatan: Pendidikan dapat meningkatkan kesempatan Deis Murib dan masyarakatnya untuk mencapai cita-cita mereka.
Kesimpulan
Analisis ini menunjukkan bahwa meskipun konflik dapat membawa dampak signifikan terhadap harapan dan pendidikan, semangat dan resiliensi dapat membantu Deis Murib bersama kerabat lainya untuk bertahan dan mencari solusi.
Pendidikan menjadi kunci untuk mengubah nasib dan mencapai cita-cita, serta membuat perbedaan bagi masyarakat. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi dampak konflik dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Semoga melalui Tulisan ini, semua pemangku kepentingan dapat tersampaikan harapan- harapan yang tak tersampaikan Deis Murib bersama kerabatnya.
_________________________
Mis Murib adalah Penulis cerita ini, sebagai aktivis HAM dan pengiat literasi Papua.