Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Nabire Kasus Tertinggi HIV/AIDS, Yapkema Gelar Diskusi Pencegahan di Kalangan Pelajar

Sabtu, Februari 22, 2025, 06:17 WIB Last Updated 2025-02-21T23:17:43Z


Nabire, kompasone.com - Yayasan pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (Yapkema) Papua menggelar Diskusi publik dengan tema : Pengenalan dan pencegahan Penyakit menular seksual (PMS) dikalangan Remaja Nabire.


Diskusi digelar di Aula Kantor Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire, Jumat 21 Februari 2025.Pukul: 10.00 Sampai dengan Selesai.


Dalam diskusi tersebut dihadiri oleh, Perwakilan pelajar dari lima SMA dan SMK di wilayah timur Kabupaten Nabire, Termasuk juga Sekretaris Distrik ( Sekdis) Daud Sawaki, dan Suster Dari Klinik Santo Rafael ( Gereja KSK).


Mis Murib, Manager Program Kepemudaan Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (YAPKEMA), mengatakan kegiatan diskusi tersebut adalah kegiatan perdana bidang kepemudaan Yapkema di Kabupaten Nabire. Sebelumnya Yapkema telah 25 tahun eksis dalam program-program pendampingan ekonomi petani, kesehatan keluarga dan pendidikan anak di tiga kabupaten wilayah adat Meepago: Paniai, Dogiyai dan Deiyai. 


Kabupaten Nabire, yang juga merupakan ibu kota Provinsi Papua Tengah, kini menjadi sasaran perluasan aktivitas penjangkauan Yapkema. Hal ini, menurut Murib, karena lapisan muda generasi Papua dari delapan kabupaten di Provinsi Papua Tengah kerap turun, tinggal, bersekolah dan beraktivitas di Nabire. 


"Nabire adalah pusat bertemunya berbagai lapisan kaum muda Papua dari berbagai suku pegunungan dan pantai, termasuk kaum muda suku-suku lainnya di nusantara. Nabire menjadi semacam kota pusat pergaulan dan perlintasan kebudayaan," tutur Mis Murib yang juga merupakan penggerak komunitas literasi di Nabire. 


Topik pencegahan penyakit menular seksual dipilih sebagai tema acara perdana, karena bertolak dari penyebaran kasus HIV/AIDS di Kabupaten Nabire yang tertinggi di seluruh Indonesia. Sebanyak 25 orang pelajar lintas suku mewakili 5 SMA/SMK di kawasan Nabire bagian timur hadir pada kegiatan perdana Yapkema itu. 


"Kabupaten Nabire ada di posisi teratas penyebaran HIV/AIDS diseluruh Indonesia. Masa depan generasi Papua terancam. Kehadiran 25 pelajar pada diskusi perdana ini adalah awal dari rangkaian kegiatan kepemudaan kami di Kabupaten Nabire," ujar Mis Murib saat memperkenalkan program kepemudaan Yapkema di Nabire pada awal acara diskusi. 


Murib juga menjelaskan kegiatan serupa akan dilanjutkan di wilayah barat dan kota Nabire yang menyasar pelajar-pelajar dari SMA/SMK serta mahasiswa dan komunitas-komunitas muda di Nabire. 


"Dalam 3 tahun kami akan menggelar berbagai kegiatan yang melibatkan anak-anak muda Nabire untuk membicarakan isu-isu seputar kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan literasi digital dalam hal pergaulan sehat," lanjutnya. 


Selain persoalan penyebaran penyakit menular seksual, Mis menjelaskan keprihatinan Yapkema terhadap fenomena kehamilan dini dan tak direncanakan di kalangan muda Papua di Kota Nabire. Bertolak dari keprihatinan itulah program kepemudaan mengambil fokus pada isu-isu hak dan kesehatan reproduksi remaja. 


"Kami ingin ambil bagian, sekecil apapun untuk menyelamatkan masa depan generasi muda Papua dari penyakit dan pergaulan yang berdampak buruk bagi hidupnya. Kami ingin generasi muda punya informasi yang cukup untuk melindungi dirinya, keluarga, teman-temannya untuk masa depannya sendiri. Dimulai hari ini dengan diskusi untuk menyebarluaskan informasi tentang penyakit menular seksual dan bagaimana mencegahnya," lanjut Murib. 


Hadir sebagai pembicara pada kegiatan diskusi ini dr. Ferina Steffi Aronggear, salah seorang tim dokter di Klinik St. Rafael Bukit Meriam Nabire yang juga penyuluh HIV/AIDS.

Serta Paula S Pakage, mantan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Nabire yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya menjadi relawan di isu ini. 


dr. Aronggear menekankan beberapa alasan pentingnya membahas persoalan penyakit menular seksual dikalangan remaja di Nabire ini. Pertama, karena angka HIV/AIDS sebagai salah bentuk penyakit menular seksual yang tertinggi di Nabire; kedua karena perempuan lebih banyak terkena infeksi menular seksual (IMS) namun tidak diketahui atau tidak ada gejalanya. 


"Remaja pelajar menjadi sasaran penting untuk mendapatkan informasi karena hal-hal ini tidak diperoleh di sekolah, harus dicari sendiri. Remaja adakah usia peralihan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga dokter mau ajak kalian gunakan rasa ingin tahu itu untuk mendapatkan informasi yang benar untuk pergaulan yang sehat," kata dr Ferina Aronggear. 


Dokter juga mengajak para remaja tidak malu berbicara dan bertanya pada dokter terkait hal-hal yang ia rasakan atau alami di seputar alat kelaminnya. Karena jika dideteksi lebih awal pengobatannya pun bisa lebih cepat. 


Macam-macam penyakit menular seksual yang dipaparkan oleh dr Aronggear antara lain radang saluran kencing, gonorrhea atau kencing nanah, jamur pada alat kelamin perempuan, sipilis dan HIV. Penyakit-penyakit ini menular lewat aktivitas seks genital (alat kelamin) dan anal (anus) dengan cara gonta ganti pasangan seks yang tidak aman. Medium penularan HIV adalah darah, cairan sperma dan vagina serta air susu ibu. 


Paula S Pakage memaparkan bahwa di Kabupaten Nabire ini telah tersedia 12 layanan puskesmas dan 1 klinik untuk penanganan IMS. Jadi penting untuk diketahui dulu dimana itu puskesmas, agar kalau sakit tidak perlu ke klinik berbayar mahal. Puskesmas itu lebih terjangkau bahkan tak berbayar. Hanya klinik Santo Rafael di Bukit Meriam Nabire yang juga ramah akses terhadap pasien IMS. 


Pakage menceritakan prosedur pelayanan pemeriksaan agar para remaja tidak canggung untuk datang dan berkonsultasi. "Tes atau tidak, para dokter tidak akan paksa, konsultasi yang lebih penting," ujarnya. 


Dia mengimbau agar para remaja menggunakan gawai untuk mencari informasi yang berguna, membekali diri dengan pengetahuan sejak dini, agar dapat membangun sistem pertahanan diri yang tepat. 


"Maling bisa masuk mencuri jika pagarnya tidak dipagari secara baik. Sama halnya dengan penyakit HIV/AIDS, masuk menyerang kita kalau kita tidak dibekali dengan pengetahuan- pengetahuan tentang penyakit tersebut: penyebab, penyebaran, dan gejala-gejalanya setelah terinfeksi," kata Paula S Pakage di dalam pemaparannya. 


10 dari 25 pelajar SMA-SMK yang hadir aktif mengajukan pertanyaan mulai dari medium penularan HIV, cara mencegah agar tidak tertular, serta istilah-istilah yang dipaparkan pada presentasi dokter. 


Para pelajar yang hadir berasal dari SMA YPBI Sion, SMK N 4, SMK N 3 Lagari, SMA N 6 Lagari

dan SMK Bakidi Yasebaper. Acara diskusi dibuka oleh doa yang disampaikan Suster Kristin dari Klink Santo Rafael Nabire, dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Program Manager Ekonomi Yapkema, Marsel Pigai dan Sekretaris Distrik Teluk Kimi, Bapak Daud Sawaki. 


Daud Sawaki yang juga kader Sirkumsisi Medis Sukarela (SMS) ini sangat mendukung kegiatan seperti ini terus dilakukan, termasuk di kalangan masyarakat umum di kampung-kampung. Ia mengimbau para remaja menggunakan kesempatan ini untuk mengedukasi diri dan menjadi pemancar informasi ke kalangan teman-temannya. 


Tak terasa, diskusi yang dimulai pukul 10.30 itu baru berakhir pada pukul 15.00 WP. Antusiasme para pelajar memberi pengharapan bahwa diskusi topik-topik sekitar isu reproduksi dan seksual harus semakin banyak dilakukan untuk remaja usia sekolah ini. 

Pengetahuan adalah gerbang untuk pengendalian dan perlindungan diri.


Red

Iklan

iklan