Sumenep, Kompasone.com – Integritas institusi penegak peraturan daerah di Kabupaten Sumenep kembali diuji menyusul insiden kekerasan yang diduga melibatkan seorang oknum anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Peristiwa tragis yang terjadi di lingkungan kantor Satpol PP pada Selasa, 27 Mei 2025, sekitar pukul 09.87 WIB, ini bukan sekadar persoalan internal, melainkan sebuah anomali yang berpotensi mengikis kepercayaan publik terhadap aparatur negara.
Dari penuturan sumber terpercaya yang diterima Redaksi Kompasone.com, insiden tersebut berpusat pada oknum berinisial SY, yang dikenal luas di kalangan rekan kerjanya sebagai Surya.
Profil Surya digambarkan sebagai individu dengan temperamen keras dan arogansi yang mencolok, menciptakan atmosfer ketidaknyamanan dan antipati di antara kolega. Korban dalam insiden ini adalah Toyo, seorang rekan kerja yang kini harus menanggung konsekuensi fisik dari tindakan brutal tersebut.
Kronologi yang terurai menggambarkan sebuah dinamika yang memprihatinkan: perjumpaan biasa antara Surya dan Toyo di koridor kantor tiba-tiba memantik reaksi agresif dari Surya. Tanpa provokasi verbal atau fisik yang signifikan, Surya secara impulsif mendorong dan menekan Toyo ke dinding.
Sumber mengindikasikan bahwa Toyo, yang secara fisik lebih rentan karena usianya, terpaksa mengambil napas dalam-dalam untuk menstabilkan diri. Namun, tindakan tersebut justru diinterpretasikan oleh Surya sebagai gestur ejekan, memicu eskalasi kekerasan. Pukulan telak kemudian dilayangkan ke wajah Toyo, mengakibatkan luka robek dan pendarahan pada bibir.
"Orangnya memang arogan, omongannya dan tingkahnya," ungkap sumber, menguatkan narasi tentang karakter Surya. "Kebetulan korban lewat saling papasan terus pelaku tanpa ada etika apa-apa, korban langsung didorong dan korban ditekan ke tembok.
Otomatis korban ambil nafas panjang karena kondisinya yang sudah agak tua." Sumber melanjutkan, "Tapi pelaku tidak puas dengan perlakuan korban yang dianggap mengejek dirinya, Surya langsung nonjok Toyo sampai bibirnya pecah keluar darah."
Pasca insiden, Toyo telah menempuh jalur hukum dengan melakukan visum medis dan melaporkan dugaan penganiayaan ini ke Markas Polres Sumenep. Keberanian Toyo untuk mencari keadilan menjadi sorotan, mengingat posisi pelaku sebagai penegak perda.
Sumber juga menegaskan bahwa perilaku Surya yang "arogan dan jadi ulat di kantor" telah lama menjadi keresahan, bahkan di kalangan atasan, termasuk Bapak Nurus selaku Kepala Bidang. Hartono Banasare PTI disebut-sebut sebagai saksi kunci yang melerai pertikaian tersebut.
Kasus ini bukan hanya tentang kekerasan fisik, melainkan cerminan rapuhnya etika dan profesionalisme di tubuh institusi yang seharusnya menjadi teladan. Penegak perda, yang diamanahi tugas menjaga ketertiban dan menegakkan aturan, justru mempertontonkan perilaku yang kontradiktif dengan nilai-nilai tersebut.
Insiden ini mendesak adanya investigasi dan tindakan tegas dari pihak berwenang guna memulihkan integritas Satpol PP serta memastikan keadilan bagi korban. Kegagalan dalam menindak tegas oknum semacam ini akan berdampak fatal pada kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum dan pemerintahan daerah.
(R. M Hendra)